Sabtu, 21 Juni 2008

hUjan



“Hujan dimusim seperti ini….??!!”

Aku bergegas berlari menuju jendela.
Kusibakkan tirainya dan kubuka lebar-lebar, Aku menengadah ke langit
jarum-jarum perak itu berjatuhan luruh ke bumi, terputus-putus….
Tetapi semakin berat dan cepat menjadi
garis-garis berkilauan ditimpa sinar surya.

Awan-awan kelabu berarak-arak,
Sinar matahari menembusinya membentuk tabung-tabung cahaya Seperti lorong waktu.
Disaat yang bersamaan hujan dan sinar matahari menimpa bumi…
Sungguh pemandangan yang indah dan janggal…..

Seperti keajaiban hidup, seperti harapan yang terkabul, seperti doa-doa yang terjawab

Aku mengingatmu…

Cinta kita yang kuat mengarungi dunia siang dan malam
Diterpa badai dan pukulan yang tak terperi
Tetapi, selalu kudapatkan keteguhan di matamu yang dalam
Dan di lingkar lenganmu yang mengelilingiku.

Kasih…
Cinta kita adalah sebuah keajaiban, sebuah harapan dan doa yang terkabulkan,
Seperti sebuah anomali

Walau semua telah berakhir. Pada akhirnya ku harus melepaskanmu….

Kumemandang tinggi ke langit, ke awan-awannya yang kelabu.
sebuah sinar surya berhasil menerobos, sebuah lorong waktu kembali terbentuk
Didalamnya kulihat bayang wajahmu dengan sorot matamu yang dalam
Kulihat tanganmu mengembang kearahku
Kulihat bayang-bayang kita yang berlari menderu….

Kasih….
Takdir telah melakukan hal-hal buruk kepada kita…!

Aku menunduk :
“Kita adalah anomali hidup yang tergugurkan…”

Langit semakin gelap, hujan pun kian deras
Lorong waktu terakhir menghilang membawa bayang wajahmu


14 Juni 2008

Tidak ada komentar: